思い #part 6

Senin, 24 September 2012

9 September 2012, ulang tahun Sei yang ke-25. Ada cerita tersendiri, bahkan sampai tetes air mata membasahi pipi ini untuk bisa makan malam bersama Sei di hari bahagianya itu (sedikit lebay, hehe). Mendadaka, aku mendapat sms dari kompas gramedia, bahwa aku disuruh datang ke Jakarta untuk mengikuti tes sebagai ass. editor. Aku memang pernah apply, tapi itu sudah hampir dua bulan yang lalu, jadi kupikir paling juga aku ngga lolos seleksi dokumennya. Aku dapat jadwal tes hari rabu tanggal 12 September. Kebetulan juga, mbaku juga ternyata dapat panggilan wawancara di BPK Penabur Jakarta dan jadwalnya hari senin tanggal 10 September. Kami berdua disuruh ibu untuk kesana aja sekalian bareng. Nah, yang jadi masalah, kami berdua disuruh pulang ke rumah, hari Jumat tanggal 7 September, dan pulang kali ini adalah pulang dalam arti yang sesungguhnya. Membawa seluruh barang-barang kami, kami benar-benar meninggalkan Jogja. Ya, kami berdua memang sudah lulus, sudah wisuda, dan sebagian barang-barang kami berdua memang sudah dibawa pulang sama ibu waktu wisuda kemarin. Akhirnya, masa ini pun tiba. Aku masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama kawan-kawan, dan ulang tahun Sei menjadi hari yang spesial buatku karena mungkin itu menjadi moment pertama perayaan ulang tahun Sei yang pertama di Indonesia dan moment terakhir bersama kawan-kawan terdekat sebelum akhirnya kami menjalani kehidupan baru kami masing-masing. Sebetulnya aku bisa pulang ke rumah hari senin saja, tapi karena mbakku berniat ke Jakarta hari Sabtu, jadi mau tidak mau  aku disuruh bareng. Sedih sekali rasanya, aku mau kumpul sama temen-temen dulu, untuk yang terakhir, tapi, aku juga tidak bisa melawan kata-kata ibu. Ketika aku meminta izin untuk beberapa hari lagi tinggal di Jogja, sampai selesai ultah Sei, mereka idak mengijinkanku. Ortu bilang itu tidak terlalu penting, kapan-kapan aja kan bisa main ke Jogja. Iya, emank bener, kapan – kapan bisa ke Jogja, tapi kan moment seperti ini kapan lagi?? Sudah hampir putus harapan aku. Lalu aku menelfon Chandra, memberitahunya bahwa aku tidak bisa datang ke ultah Sei. Entah kenapa saat itu aku menjadi semakin sedih, dan akhirnya menangis. Menangis yang benar-benar menangis, aku hanya merasa, kalau sampai aku tidak datang ke acara Sei, aku belum rela meninggalkan Jogja, karena masih ada hal yang mengganjal. Chandra yang denger aku nangis, ikut nangislah dia. Kami berdua jadi nangis bersama malahan. (Saat ini aku tersenyum, lucu mengingat kejadian itu). Aku hanya mengatakan pada Chandra bahwa aku akan memohon sekali lagi pada ortu agar mengijinkanku stay di Jogja beberapa hari lagi.

Mungkin seminggu ini memang bisa dikatakan sebagai minggu kelabu. Ya, selama seminggu orang-orang menjadi aneh, mereka ingin pergi bersamaku, dan mengatakan sebagai perpisahan, karena tidak tahu kapan akan bertemu lagi. Mulai dari Mas Sunu, saat itu hari Selasa, malam-malam dia ngajak aku jalan berdua, hanya sekedar menghabiskan waktu untuk mengobrol. Tapi karena dia ngajaknya mendadak dan waktu itu sudah jam 9 malam, jadi kami hanya mengobrol bersama dengan anak-anak yang lain di b’skre.

Rabu, 3 Oktober 2012

(Lanjutan)

Lalu dilanjut hari rabu dengan Mas Budi, hari itu aku menemaninya ke Semarang untuk mendaftar ekstensi di UDINUS (tapi pada akhirnya ngga jadi, lalu mendaftar di UNSADA). Di sana kami bertemu dengan Monic dan ibunya. Sesungguhnya kami sering pergi berdua, hanya sekedar untuk jalan-jalan karena itu memang hobbu kami berdua, tapi entah kenapa hari itu terasa berbeda. Dia mentraktirku makan siang, makan malam, bahkan nyangoni aku buat ongkos pulang! Itu sungguh di luar kebiasaanya. Kemanapun kita pergi, ya kami bayar sendiri-sendiri. Ini nyampe nyangoni segala coba. Dan yang paling membuatku merasa hhh…gimana yah..dia memberiku banyak wejangan hari itu. Seolah kami tidak akan pernah bertemu lagi. Begini salah satu wejangannya yang kuingat sampai sekarang “Pokoknya, jadi apapun kamu nanti, bahagiakanlah dulu orang tuamu baru kamu bahagiakan dirimu sendiri, meskipun sesungguhnya yang bisa membuat orangtua bahagia adalah melihat kita bahagia”. Aku terus menginta kata-kata itu. Yeah, I’ll do that, Mas Bud!. Thanks.

Hari berikutnya giliran Deka yang mengajakku pergi. Dia juga berkata tidak jauh berbeda dengan Mas Sunu. Dia ingin mengajakku jalan, karena sudah lama tidak jalan berdua. Yeah, sejak kutolak cintanya tahun 2010 lalu, kami tidak pernah pergi berdua lagi. Hubungan kami tetap baik, dan blakan, lucu malah aku melihatnya, yah, kami baik. Dia tidak pernah memaksaku untuk menyukainya, dan dia tidak menjauhiku juga. Kami makan malam bersama, di sebuah pndok makan di tepi sawah, hmm…romantis tempatnya, aku suka (sama tempatnya lho ya bukan yang ngajak, hehe). Setelah itu, kami habiskan sisa malam dengan mengobrol sambil makan es krim. Kami bicara banyak hal, dan aku semakin sadar, dia orang yang sangat baik, tapi sayang, aku tidak memiliki perasaan padanya.

Jumat, entah kenapa Mas Sunu ingin mengajakku jalan lagi. Mungkin karena kemarin belum jadi kali yah. Karena aku sudah makan malam, akhirnya aku menemaninya makan malam di dekat bunderan filsafat ugm. Di situ kami kembali mengorol banyak hal, tentang masa-masa yang sudah terlewat bersama. Ternyata, memang sangat banyak, terlalu banyak malah, memory yang terbentuk diantara kita, terlebih lagi di keluarga bskre. Ya, orang-orang yang ada di bskre, sudah kuanggap keluarga intiku selama hidup di Jogja, tanpa mereka hidupku sepi.

Sabtu, malam minggu….aku tidak terlalu menunggu malam ini sesungguhnya. Aku takut, kejadian tanggal 25 Agustus terjadi lagi. Aku takut kecewa lagi, dan aku tidak mau menangis lagi. Kemarin, dia sms, mengajakku keluar malam minggu ini. Yah, aku bisa menebak kenapa dia mengajakku, pasti dia membaca obrolanku di twitter dengan Chandra. Aku bilang pada Chandra, kalau akhirnya setelah melalui bujuk rayu yang panjang, ibuku mengijinkanku pulang hari senin. Sama seperti Mas Sunu dan yang lainnya, Ceka pun ingin mengajakku keluar. Sebelumnya kami memang punya janji untuk keluar bersama, namun belum terwujud entah karena dia memang sibuk, atau dia belum menyempatkan saja. Aku sesungguhnya masih sedih jika mengingat kejadian saat itu. Ya, aku menangis, bukan karena dia tidak datang, bukan karena dia lupa, tapi karena aku memiliki kesimpulan sendiri. Jika dia sampai lupa kami janjian tanggal 25 Agustus, itu berarti janjian itu bukan sesuatu yang “meaning” untuknya. Dan itu artinya “I’m nothing” baginya.

Sekitar jam 19.20 dia sudah datang. Sesungguhnya aku tidak tahu harus berekspresi apa padanya. Aku tahu, dia sangat merasa bersalah padaku, dan entah kenapa rasanya aku tak tega melihatnya merasa bersalah seperti itu. Dia sampai ngga berani sms karna ngga enak sama aku. Tapi akhirnya aku yang angkat bicara. Kukatakan saja tidak usah merasa tidak enak, tidak apa-apa, aku tidak marah. (Yah, aku memang tidak marah, hanya sedih, tapi tak masalah buatku, itu sudah berlalu).

Dia tersenyum padaku. Aku tahu, dia pasti merasa canggung untuk bicara padaku. Kuputuskan aku yang memulai pembicaraan. Kutanya apakah dia sudah makan. Aku baru ingat, aku punya janji mentraktirnya makan kalau aku sudah wisuda, dan dia menjanjikanku secangkir kopi. Dia belum makan, ok, kami berangkat, kita makan nasi goreng sapi dekat gereja katholik Kotabaru. Meskipun kita sudah beberapa kali jalan bersama, aku merasa berbeda untuk malam ini. Biasanya tidak banyak yang bisa kami bicarakan, tapi entahlah, malam ini, kami bisa mengobrol banyak hal. Dia meminta maaf kembali karena waktu itu lupa datang, dia benar-benar lupa, dia pikir kita janjian hari minggu, bukan sabtu. Dia mengakui kesalahannya. Dan entah kenapa aku ingin jujur padanya. Kukatakan kalau aku menangis ketika dia tidak datang (tentu saja tidak kukatakan aku menangis semalaman, bagi dia pastilah itu sesuatu yang berlebihan). Yasudah, tak apa, yang penting kami sudah saling bicara malam ini, dan semua sudah kembali normal.

Usai makan, giliran dia menepati janjinya. Kami ngopi di Kedai Kopi di jalan kaliurang. Kami habiskan waktu mengobrol berdua hingga pukul 23.30. Waktu terlama yang kami habiskan sejak pertama kami bertemu sekedar untuk ngobrol, hingga sekarang.

Aku benci moment ini! Dia bilang rasanya berat mau pulang. Kumarahin saja dia, kenapa dia ikut-ikutan kayak Mas Sunu dan yang lainnya, sedih mengetahui bahwa aku mau pergi dari Jogja? Ngga suka aku seperti itu, seolah tidak akan pernah bertemu lagi saja. Kita pasti suatu saat akan bertemu kembali. Tak biasanya juga, dia ngga langsung pulang. Biasanya selesai kami pergi dari mana, yaudah dia langsung pulang. Kali ini, dia masih stay di atas motornya. Kami mengobrol beberapa saat lagi. Sudah tidak lagi obrolan, saatnya dia pulang. Dia berpamitan, sambil mengacak rambutku (yeah, I really really like it (>.<)/…). Kujabat tangannya sekali lagi, lalu kupeluk dia. Hanya beberapa saat, but…that’s meaning for me. Dan kutahu beberapa hari sesudah itu, dia berkata pergi bersamaku untuk yang terakhir ini, sangat berarti baginya. Dia berkata, aku penting baginya…….

Minggu, 9 September 2012. Ulang tahun Sei. Sei, aku, Chandra, Link, Ajeng, dan Yeye. Kami makan di L’Cost Jembatan Merah. Kami memesan banyak menu tentu saja, karena gratis. Kapan lagi, traktiran orang Jepang ulang tahun, hehe… Di sana tidak terlalu mahal, tapi menu yang disajikan cukup lengkap dan enak. Kami memberi Sei hadiah sebuah mug kecil yang ada foto dirinya dan bersama kami. Lalu, kami juga memberi dia sebuah kue tart, meskipun kecil, tapi itu snagat membuatnya senang, kue pertamanya di Indonesia. Kami makan sambil ngobrol sana sini, ketawa ketiwi, ahihihi, pokoknya kami benar-benar menggila malam itu. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Saatnya kami pulang. Tidak benar-benar pulang, Chandra dan Sei masih tinggal di kosku beberapa saat lagi. Kami melanjutkan obrolan kami, da ya, makin malam, makin terasa, fakta aku harus pergi. Malam ini, malam yang sangat bermakna untukku. Tidak tahu kapan kami bisa seperti ini lagi. Kami akan hidup masing-masing setelah ini…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s