Rabu, 30 Oktober 2013
Pernahkah kau merasakan ingin pulang yang sangat mendalam, namun keadaan menahanmu untuk tidak pulang?
Pernahkah kau merindukan seseorang teramat dalam hingga rasanya tak tertahankan lagi?
Ya, aku pernah mengalaminya, dan rasanya luar biasa
Aku ingin bercerita, kuharap kau tak akan bosan dengan ceritaku
Saat itu keadaanku sedang kacau balau
Aku terombang-ambing tak karuan, tak tentu arah
Godaan datang dari kanan kiriku, menggoyahkan pijakan kakiku
Aku hampir tak punya tenaga untuk menahannya
Rasanya ingin mati saja,
Ingin kuenyahkan semua yang menggangguku, namun aku tak tahu bagaimana caranya
Kabur, itulah hal yang terlintas di benakku saat itu
Aku tak tahu saat itu adalah bisikan setan atau memang bisikan kata hati
Aku hanya ingin bebas, lepas
Kukatakan pada emak dan bapak aku ingin pergi
Kubilang mengejar mimpi, padahal itu hanya kebohongan belaka
Cukup dengan kata ya dari mereka, aku pergi
Awalnya manis, itu kuakui benar
Aku menikmati kebebasanku, tak peduli dengan si masalah
Hingga tiba-tiba keadaan berubah
Perlahan namun pasti si masalah ternyata mengikuti
Bergabung dengan masalah baru, si masalah membentuk kubu yang siap menyerangku
Aku ketakutan, sangat ketakutan
Aku ingin kabur lagi, tapi ternyata si masalah licik
Dia menutup semua pintu dari segala penjuru
Kukerahkan seluruh tenaga
Kucari sebuah celah
Kudapatkan sebuah lubang tikus
Berhasil! Aku bisa menembus pintu lewat lubang tikus ini
Aku puas kawan
Tapi ternyata si masalah tak membiarkanku lolos begitu saja
Diam-diam dia mengamatiku
Dia datang kembali, dan kali ini dia membawa sekutu, si badai!
Bayangkan, badai! Mana bisa aku melawannya, siapapun takut dengan kekuatannya
Aku terpaku, skak!
Si masalah mengurungku di sini, seorang diri!
Aku berteriak sekuat tenaga, hingga kerongkonganku kering
Aku mencoba mendobrak pintu hingga tenagaku habis
Namun tak terjadi apa-apa, hampa, sepi
Di sudut aku merenung
Kuingat masa sebelum aku kabur, dan aku menangis
Menangis sekencang-kencangnya
Kusesali apa yang sudah kulakukan
Kusesali kenapa aku harus kabur
Kusesali kenapa aku harus berpamitan
Dan kusesali kenapa aku ada di sini
Aku rindu, aku ingin pulang
Pulang, dan hanya pulang
Air mata kering, namun hati ini masih menangis
Aku tak mau begini terus
Kuputuskan untuk bertahan sementara
Mencoba berkawan dengan si masalah
Sambil sedikit demi sedikit mengumpulkan tenaga
Kusiapkan diri, hingga sang waktu datang
Semua tepat pada waktunya
Si masalah lengah, aku berhasil kabur lagi
Penantianku tak sia-sia
Sang waktu datang tepat pada waktunya
Kau tahu, tepat ketika kubuka pintu keluar, muncul si penolong
Dia mengulurkan tangannya, aku dibawanya pergi
Pergi meninggalkan si masalah
Aku begitu gembira
Tubuhku seperti dipenuhi dengan kembang api yang siap meletup
Akhirnya aku bisa pulang
Kawan, kau tahu apa yang ingin kusampaikan padamu?
Kau sering berkata kau iri padaku
Kau iri dengan hidupku
Kukatakan padamu
Janganlah sepertiku
Buatlah kisahmu sendiri
Jangan sampai kau merasakan rindu tak terpenuhi sepertiku
Rindu yang berakhir dengan penyesalan
Ingatlah satu hal ini
Kau tak usah takut jika tiba-tiba si masalah datang menghampirimu
Bahkan jika si badai datang, atau mungkin si bencana ikut singgah
Janganlah takut, hadapi saja
Karena nanti pasti akan datang si penolong
Bersama sang waktu
Menjemputmu menuju tempat yang lebih baik lagi
Dan itu akan terus berulang
Sampai akhirnya kau akan menjadi si penolong bagi orang lain
Bersiaplah untuk menjadi tangguh kawan