North Pole

Paspor, tiket, koper, semua sudah siap di tangan. Akhirnya, hari inipun tiba. Yeahh, untuk pertama kalinya dalam hidup kan kuinjakkan kakiku di belahan bumi bagian barat, tanah Eropa, tepatnya Italy. Aku tak pernah benar-benar berniat untuk bisa pergi ke Eropa, namun hanya karena sesuatu yang disebut kebetulan, (kebutulan ada tiket murah, kebetulan punya libur winter yang cukup lama, kebetulan sekolah masak, dan penasaran dengan kuliner Italy, kebetulan ambil kelas bahasa Italy di sekolah, dan kebetulan sering melihat tayangan di tv betapa indahnya alam dan budaya di Italy) kuputuskan untuk pergi.

Aeroflot, sebuah maskapai asal Rusia yang akan membawaku terbang menuju barat. Aku hanya tahu maskapai-maskapai asal Indonesia dan Jepang yang selalu kunaiki tiap kali mudik, jujur aku merasa sedikit khawatir. Entahlah, Rusia yang dalam benakku adalah sebuah negara komunis yang tengah berkecamuk dengan negara tetangganya Ukraina, yang baru beberapa tahun lalu sebuah pesawat komersil yang melintas di wilayah kedua negara ini ditembak jatuh oleh orang tak dikenal, dan parahnya kedua negara ini tak ada yang mau mengaku bertanggungjawab atas insiden ini, membuatku parno sendiri. Apalagi harga tiket yang kudapat begitu murah hanya lima puluh empat ribu yen pulang pergi, termasuk bagasi 46 kg, bagiku ini terlalu murah. Kuputuskan untuk mengecek dari review penumpang di website. Hasilnya, cukup meyakinkaku untuk tak perlu khawatir dengan maskapai ini, karena memang Aeroflot terkenal sering memberikan harga miring, namun tetap menjaga kualitas. Dari sini aku merasa aman. Total perjalanan yang akan kutempuh sekitar 17 jam termasuk transit selama 3 jam di Moscow.

Wanita anggun bertopi dan bersyal bulu, itulah yang selalu terlintas dalam benakku ketika mendengar kata Rusia, selain Vladimir Putin. Negara yang berada di bumi bagian utara ini selalu membuatku penasaran sedingin apakah musim dingin di negara yang memiliki wilayah terluas di dunia ini. Aku tak sabar untuk segera landing. Beberapa saat setelah kami mendapat pengumuman bahwa pesawat akan segera mendarat, penumpang yang sebagian besar memang orang Rusia itu, mulai mengeluarkan coat, syal, dan topi bulu super tebal untuk mereka kenakan. Aku tahu bulan Desember adalah puncak musim dingin, tapi bukankah kami hanya transit, bukankah kami akan melewati lorong penumpang dan tidak mungkin keluar ruangan, paling ga dingin-dingin amat, begitu pikirku. Aku dengan santai hanya mengeluarkan coatku, tanpa syal dan tanpa topi. Ketika pesawat mulai terbang rendah, barulah kutahu wujud langit Rusia ketika musim dingin. Gelap kabut, awan, dan salju putih yang menjadi satu, begitu pekat. Mistis. Begitu kesan yang kudapat.

Tempat dengan suhu terendah yang pernah kukunjungi sejauh ini hanyalah Hokkaido, pulau paling utara Jepang. Minus 8 ketika siang hari dan minus belasan ketika malam hari. But now, I found the other one. Begitu pintu pesawat dibuka, hawa dingin yang begitu menusuk tulang langsung menyerang sekujur tubuh! Kulangkahkan kakiku menuruni tangga pesawat (bukan lorong seperti yang kupikirkan sebelumnya), dan angin dingin langsung menerpaku. Kami berjalan menuju bus yang sudah menunggu kami di bawah yang akan mengantar kami menuju terminal untuk transit. Di dalam bus aku lebih memilih untuk berdiri karena aku tahu kursi besi itu, pasti luar biasa dinginnya. Kami masih harus menunggu sekitar 15 menit hingga seluruh penumpang masuk ke dalam bus, lalu pintu buspun tertutup. Dalam perjalanan, kulihat papan penunjuk suhu di salah satu sisi bandara. Minus 25 derajat. Welcome…..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s