Milan Sepi

Aku terbangun tepat pukul sepuluh pagi. Kuangkat selimutku, kulihat Feli sedang duduk di meja menikmati roti. Perutku keroncongan. Barulah kuingat terakhir kali makan adalah 12 jam lalu saat penerbangan dari Moscow ke Milan.

“Fel, mau. Laper….” kataku sambil mengorek-orek kantong plastik yang ada di meja mencari potongan roti yang lain.
“Itu aku ada susu sama jus di kulkas. Roti juga ada. Alat masak di dapur juga lumayan lengkap, kalo kamu mau masak indomie”
Indomie rebus…akh..makanan terenak di kala musim dingin seperti ini. Ditambah cabe rawit plus potongan daun bawang. Itu sudah paling the best. Tak perlu menunggu lama, langsung kukeluarkan indomie rebus dari dalam koperku. Aku tak peduli dengan badanku yang sudah sangat bau ini karena belum mandi sejak kemarin. Aku cuma ingin makan. Sampai kenyang.

Sebagian besar teman mengatakan “wuih, asyik tuh Natal sama tahun baru di Italy”dan memang itu yang kubayangkan saat itu. Tapi kenyataanya, hmm. Aku akan berada di Milan hingga tanggal 26 nanti. Yang itu artinya, aku akan menghabiskan malam Natalku disini. Aku ingin merasakan suasana Natal yang nampak indah dan menyenangkan seperti di film-film, Christmas Market dimana-mana, toko yang menjual kue-kue Natal nan lucu, konser Natal gratisan, gemerlap lampu yang indah di setiap sudut kota, akh pasti sangat menyenangkan. Hingga tanggal 23 aku masih bisa merasakan suasana Natal itu, namun hanya di pusat kota ataupun obyek wisata terkenal seperti Duomo dan Galleria Vittorio. Tepat di depan halaman depan Duomo, sebuah paduan suara anak-anak tengah melantunkan lagu-lagu Natal, yang kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan musik band. Di sekeliling Duomo juga berderet penjual pernak-pernik Natal dan makanan khas Italy. Nampaknya banyak orang yang berpikiran sama denganku. Sebagian dari mereka adalah turis. Hanya perlu waktu sekitar satu jam untuk menikmati keindahan di dalam Duomo. Sesudah itu, aku menghabiskan waktuku untuk berkeliling.

Kami berencana ke Florence hari ini untuk menemui seorang kawan yang kebetulan sedang menempuh pendidikan disini. Namun mendadak dia membatalkan karena dia harus menyelesaikan tugas kuliahnya yang dikejar deadline. Jadilah kami kembali berkeliling kota Milan. Keluar dari pusat Milan, sesungguhnya membuatku sedikit ngeri. Bagaimana tidak, sepanjang jalan tidak ada orang yang kami temui. Jalanan begitu lengang, dan kereta juga sangat kosong. Kami memutuskan untuk pergi ke museum Leonardo Di Caprio. Namun, apalah daya ketika sampai disana, museum tutup. Kudatangi salah satu petugas yang berjaga disitu, hanya untuk memastikan apakah museum benar-benar tutup. Dan yang dia katakan adalah “Ini malam natal, semua museum pasti tutup”. Barulah kusadar ini Eropa, dan ini Milan, kota besar. Semua orang pergi mudik ke kota masing-masing. Semacam lebaran kalau di Indonesia, sama persis ketika Jakarta berubah menjadi teramat sepi saat libur lebaran tiba. Sedikit kecewa, kami putuskan pergi ke Casa Milan.

Di Casa Milan, lagi-lagi tak nampak sama sekali hiruk pikuk manusia dari mulai kami turun di stasiun hingga pintu gerbang. Kulangkahkan kakiku menuju pintu masuk utama, hanya gelap dan tak ada siapa-siapa. Selembar kertas putih tertempel di pintu tertulis pengumuman Casa Milan tutup mulai hari ini hingga tanggal 3 Januari nanti. Tak ada lagi yang bisa kami lakukan disini selain berfoto di depan gedung merah nan megah ini yang menjadi warna khas club AC Milan.

Aku bukanlah seorang penggemar club Milan, bukan pula penggemar bola, dan tak pernah nonton bola kecuali saat piala dunia, itupun karena ingin ikut merasakan euforianya piala dunia. Namun karena mumpung ada di Milan, apa salahnya untuk mengunjungi salah satu stadion termegah di Itali, yang juga menjadi saksi sejarah pertandingan-pertandingan besar tiap tahunnya. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami ke stadion San Siro. Di tempat ini, aku dan Feli sedikit beruntung. Meskipun kami tidak bisa masuk ke arena pertandingan karena memang ditutup, tapi kami masih bisa ke toko souvenirnya. Lumayan, setidaknya ada yang bisa kulakukan disini. Membeli oleh-oleh.

Suhu di Milan malam ini masih berada di kisaran 0-2 derajat celcius. Dingin, berkabut dan sepi. Hari ini adalah Christmas Eve pertamaku di belahan bumi yang lain. Kuputuskan untuk mengikuti ibadah malam natal di Duomo. Di malam yang begitu tenang dan damai ini, ada sesuatu yang begitu kurindukan. Ini adalah Natal keempatku tak berada di rumah.
“Merry Christmas Fel”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s