Sejak Kapan Suka Skincare?

Salah satu hal yang kusenangi dari pekerjaanku sekarang adalah selain aku bisa kerja dengan santai, kadang aku juga merasa kalau aku ini sedang tidak bekerja. Jika jika ingin belajar suatu ilmu, maka kita harus rela mengeluarkan uang untuk membayar sebuah lembaga pendidikan atau untuk membayar orang yang mengajari kita. Tapi yang terjadi padaku justru sebaliknya, aku belajar tapi dibayar. Terdengar sangat menyenangkan, kan?

Well, bukan berarti aku ini tidak memiliki beban tanggung jawab dalam pekerjaan, tapi aku hanya merasa bersyukur karena pekerjaanku sekarang menuntutku untuk belajar, mau tidak mau, suka tidak suka. Karena bekerja di perusahaan ini, akhirnya aku “terpaksa” tahu fungsi makeup, skincare,dan printilannya.

Aku tidak bekerja di sebuah perusahaan kosmetik, pekerjaanku adalah membaca berbagai macam artikel dari genre apapun. But, yeah kebanyakan memang bertemakan kosmetik. Dari mulai serum dari usia remaja sampai usia 60-an, maskara dari mulai yang bening hingga coklat, berwarna, tahan air, awet dan murah, dan berbagai macam kategori lainnya yang kadang membuatku bingung sendiri, ada gitu orang Indonesia yang nyari sampai sedetail itu?

Hal ini pula yang membuatku “kalap” ketika aku berada di Myeongdong. Saat itu aku hanya berpikir kalau Myeongdong itu semacam pusat perbelanjaan seperti Shinjuku. Memang benar, tapi yang membedakannya adalah hampir sepanjang jalan itu isinya hanyalah toko kosmetik! Myeongdong adalah surga bagi para pencinta skincare Korea. Bagaimana tidak, dari satu merek sebut saja Et*** H*** saja bisa memiliki tiga buah gerai di sini, belum lagi toko biasa yang menjual berbagai macam merek. Aku yang awalnya hanya berniat hanya ingin membeli face mask doang, akhirnya tak dapat menahan godaan untuk tidak membeli produk kosmetik lainnya. Apalagi harganya juga jauh lebih miring jika dibandingkan dengan yang ada di Jepang. Pantas saja banyak yang bilang kalau Korea itu surganya belanja.

Hari pertama sudah dapat satu kantong

Tak sampai di situ, belum lagi toko-toko yang menjual pakaian dan pernak-pernik lucu.  Entahlah, aku merasa kalau definisi kawaii untuk Jepang itu berbeda dengan Korea. Kawaii-nya Korea itu lebih ke cute namun tetap simpel sedangkan kawaii-nya Jepang itu yang rame namun lucu. Ah, mbuh piye le njelaske, yang jelas aku lebih suka style orang Korea daripada Jepang.

Aku yang awalnya hanya membawa satu backpack yang biasa aku bawa tiap jalan-jalan ke mana pun, akhirnya terpaksa membeli koper tambahan (T.T). Ya Tuhan, kenapa aku jadi begini! Sejak kapan aku tertarik dengan kosmetik dan barang-barang lucu!

Aku yang dulunya hanya memakai satu buah essence all in one, dan selalu tampil tanpa makeup, sekarang aku bahkan sampai punya beberapa jenis face wash, face mask, essence, serum, toner, dst. Oh, shit kenapa banyak banget! Untungnya, aku mau merogoh kocek sedikit dalam hanya untuk skincare saja. Kalau untuk makeup, yang biasa-biasa aja cukup, ngga usah banyak gaya lha wong makeup-an aja jarang.

Aku jadi penasaran, aku yang bukan maniak skincare dan makeup saja merasa segini itu sudah kebanyakan, apa kata para beauty blogger dan vlogger itu yah? Tiap minggu nyobain makeup baru yang mereknya pun tak selevel dengan aku yang masih pemula ini. Apakah ini yang disebut dengan kemajuan untuk diriku atau justru malah kemunduran? Pengennya sih tetap cantik meski tanpa makeup. Namun kenyataannya, kulit mulus dan bening tanpa noda setitik pun macam artis-artis drakor itu, memang hanya bisa dimiliki jika kamu menggunakan beauty camera #elaaah atau untuk kasus sepert ini, aku setuju jika uang memang ikut berbicara.

Leave a comment