Halo, terima kasih sudah mampir ke blog saya 🙂
Tujuan awal saya membuat blog ini hanyalah sebagai tempat curhat, tempat mengekspresikan uneg-uneg yang akan terasa lebih nyaman jika ditulis, dan bukan bercerita langsung kepada orang lain. Saya memiliki blog ini sejak 11 tahun yang lalu. Namun, saya jarang meng-update blog ini. Saya termasuk orang yang kurang disiplin, niat rajin menulis pun selalu terhalang dengan alasan ini itu.
Dari lahir sampai lulus SMA saya tinggal di Cilacap, saya asli Cilacap, bapak ibu juga asli Cilacap. Selepas SMA saya kuliah di Jogja, kota yang sudah seperti rumah kedua bagi saya. Setelah lulus kuliah, saya sempat mencoba beberapa jenis pekerjaan, dari mulai guide, front office hotel, hingga sekretaris. Saya juga pernah tinggal di Belitung dan Bekasi.
Pada awal tahun 2014, akhirnya setelah tiga kali gagal ujian beasiswa ke Jepang, di percobaan keempat saya lulus. Lalu, sejak April 2014 saya mulai tinggal di Tokyo hingga saat ini. Saya suka masak, dan hal ini yang membuat saya memutuskan untuk mengambil jurusan culinary di Jepang dengan speciality japanese food (washoku).
Sekolah masak selama 2 tahun di Hattori Nutrition College cukup membuat wawasan saya tentang dunia perkulineran bertambah. Saya yang biasa makan nasi, sayur, dan lauk saja sudah merasa cukup, merasa sedikit aneh ketika mencoba berbagai macam jenis masakan yang benar-benar berbeda dari segi rasa maupun cara menikmatinya. Saat di Hattori saya belajar membuat berbagai macam genre masakan dari mulai chinese, japanese, western, dan patisserie.
Setelah lulus, saya masih belum ingin pulang ke Indonesia, dan ingin menjajal menjadi seorang chef washoku. Namun, ternyata takdir berkata lain karena menjadi seorang chef di Jepang bukanlah perkara mudah. Ada begitu banyak tantangan, mulai dari saya yang orang asing, cewek, dan kemampuan bahasa Jepang yang terbatas. Mereka tak mau menerima kekurangan-kekurangan tersebut. Akhirnya, dengan sedikit faktor luck, saya diterima di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kuliner, yang memiliki berbagai macam jenis restoran di seluruh Jepang. Saya ditempatkan di washoku resto, semacam izakaya dengan speciality sashimi.
Diterima bekerja di washoku resto dengan berbagai macam kekurangan yang saya miliki, entah itu bisa dikatakan sebagai keberuntungan atau malah mungkin percobaan bunuh diri. Selain memanajemen restoran, tugas utama saya setiap harinya adalah membuat fresh sashimi dari ikan yang masih hidup. Awalnya memang sulit, tapi lama-kelamaan saya terbiasa, dan dengan pekerjaan ini saya belajar banyak untuk melatih skill dalam hal mengolah ikan.
Namun, karena jam kerja yang begitu panjang, dan shift yang cukup berantakan, saya tidak sanggup untuk melanjutkan. Pekerjaan ini mengharuskan saya untuk bekerja selama lebih dari 8 jam setiap harinya. Berangkat pagi pulang malam, dan setiap pulang kerja rasanya saya sudah seperti zombie, tak ada tenaga sama sekali. Saya akhirnya menyerah dan mengundurkan diri.
Sempat jobless selama dua bulan, saya cukup stres dan berpikir untuk kembali ke Indonesia saja. Namun, pada saat saya benar-benar sudah hampir menyerah, secara tak sengaja saya melihat iklan lowongan pekerjaan di grup Facebook komunitas Indonesia. Di situ tertulis sebuah media online Jepang yang mencari penulis artikel yang bisa berbahasa Indonesia maupun bahasa Jepang dengan baik. Tak ada syarat lain-lainnya, hanya kemampuan menulis dan mau mempelajari hal-hal baru, itu saja. Terdengar mudah, saya pun mendaftar.
Saya tidak pernah menyangka kalau pekerjaan yang berhubungan dengan dunia menulis akan menjadi main job saya saat ini. Hingga saat ini, saya masih belajar setiap harinya. Dengan membaca berbagai macam artikel dalam bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia, saya anggap pekerjaan saya ini adalah sekolah yang dibayar. Jarang-jarang ada pekerjaan seperti ini. Dan tak disangka, saya pun menikmati pekerjaan ini.
Meski sudah tidak bekerja di restoran, saya masih menyalurkan hobi memasak saya dengan membuat bento setiap harinya. Jujur, saya sudah menyerah dengan rasa bento yang dijual di supermarket maupun konbini. Apalagi lidah saya ini lidah asli Indonesia yang ngga bisa makan kalau bumbunya ngga nendang. Hanya sesekali saja saya pergi makan di restoran yang sedikit mahal, sekalian buat belajar dan membiasakan lidah saya ini dengan berbagai rasa masakan dari seluruh dunia. Saya masih punya cita-cita suatu saat saya bisa membuka restoran saya sendiri.
Jalan-jalan juga menjadi hal yang saya sukai selain memasak dan menulis. Biarpun saya orangnya sedikit mageran, tapi hal ini tidak berlaku jika saya ingin pergi ke suatu tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Cita-cita saya adalah bisa pergi keliling dunia selama satu tahun sebelum usia 30 tahun. Namun, sepertinya cita-cita ini tidak akan tercapai dalam waktu dekat ini. Covid-19 mengacaukan semuanya. Bahkan, untuk mudik ke Indonesia dengan aman dan nyaman pun belum bisa.
Saya bukan penulis profesional, bukan juga influencer maupun content writer terkenal, jadi saya tidak akan menulis ‘Untuk kerja sama, silakan hubungi saya di xxxxx’. Namun, jika ada yang ingin sekedar say hello dengan saya, baik di dunia maya maupun dunia nyata, saya tidak keberatan sama sekali. Ada yang follow blog saya saja sudah membuat saya senang.
Akhir kata, terima kasih dan have a nice day!