Cannes dan Drama Ketinggalan Kereta

Cannes merupakan sebuah kota di bagian selatan Perancis yang juga berdekatan dengan Italy, yang memiliki pantai indah dengan resort-resort mewahnya. Pertama kalinya kudengar nama Cannes adalah saat menonton film Mr.Bean Holiday. Dalam cerita tersebut, Mr.Bean memenangkan undian paket wisata ke Perancis. Selain itu, tempat ini juga merupakan tempat dimana Dian Sastro pernah mengunggah foto selfie dirinya dengan aktor utama serial Twilight, Robert Pattinson saat menghadiri festival film Cannes.

Di Genoa kami kembali menyewa rumah dengan menggunakan jasa Airbnb, dan memilih posisi rumah yang tak begitu jauh dari stasiun. Host kami adalah sepasang suami istri muda dengan satu anak batita, mereka sangat baik dan ramah. Saat pagi hari, mereka menyiapkan sarapan yang begitu lengkap, ada roti, yoghurt, susu, serealia, kopi maupun teh, bebas tinggal ambil saja di kulkas katanya. Meskipun sederhana, namun apartemen ini terasa begitu hommy dan nyaman. 

Kami bangun sekitar jam 11, dan pergi meninggalkan Genoa sekitar jam setengah satu siang. Bagaimana tidak bangun siang, setelah drama panjang sehari sebelumnya, biarpun kami sudah cukup istirahat, badan ini rasanya masih sangat lelah dan ingin istirahat lebih lama. Namun, karena besok kami harus sudah kembali ke Tokyo, hanya hari ini kesempatan yang kami miliki untuk bisa meng-explore Cannes.

Perjalanan dari Genoa sampai ke Cannes memakan waktu yang cukup lama, yakni sekitar hampir 4  jam dengan menggunakan kereta. Dalam perjalanan menuju Cannes ini, ada kejadian yang sedikit berbeda dengan perjalanan-perjalanan kami sebelumnya. Saat kami tiba di Ventimiglia, sebuah stasiun yang berada tepat di perbatasan Perancis dan Italy, kereta kami berhenti cukup lama.

Dua orang polisi bersenjata lengkap kemudian masuk ke dalam kereta. Mereka hanya memeriksa sekilas, seperti mencari seseorang atau memastikan bahwa tidak ada orang berbahaya di dalam kereta ini. Saat akan melewatiku, kupikir mereka akan menanyakan tiket kami karena tampang kami yang sangat orang asing, tapi kenyataanya tidak. Dia hanya lewat begitu saja sambil tersenyum. Sepertinya pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus penembakan di Paris beberapa waktu lalu, yang dikabarkan bahwa si pelaku kabur ke Italy sehingga wajar jika pengamanan diperketat dimana-mana, khususnya di daerah perbatasan.

Bagiku, perjalanan dari Genoa ke Cannes ini sama menyenangkannya dengan perjalanan dari Milan ke Tirano. Jalur kereta ini dibangun di antara pantai dan bukit sehingga kami bisa melihat pemandangan yang begitu indah di sepanjang jalur ini. Di sebelah kanan berdiri perbukitan batu yang begitu indah, dan di sebelah kiri adalah pemandangan pantai berpasir putih dengan laut biru yang tampak begitu tenang. Dari sini aku juga bisa melihat rumah-rumah klasik khas Eropa dengan taman yang luas dan tertata rapi berjejeran di dekat pantainya. Dengan pemandangan seindah ini, aku yakin harga sewa vila maupun hotel di daerah sini pastilah sangat mahal.

Kami tiba di Cannes sekitar jam 3 sore. Bagiku, Cannes adalah kota yang indah dengan deretan hotel mewah serta pertokoan elit yang berjajar di sepanjang pantainya. Datang ke sini di musim dingin dan mendekati akhir tahun sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk, malah bisa dikatakan cukup menyenangkan karena tempat ini menjadi sedikit sepi dari pengujung. Dengan begini, aku dan si Mak bisa bebas menikmati keindahan kota Cannes dengan lebih nyaman.

Dengan waktu yang hanya tersisa beberapa jam saja, kami memaksimalkannya dengan berjalan-jalan di sekitar pantai sambil menunggu senja. Aku tahu ini adalah musim dingin sehingga aku tak terlalu berharap bisa melihat air laut yang bening dengan kemilau pasir putihnya. Toh tujuanku ke sini juga bukan untuk berjemur maupun nyebur di pantai. Bisa mendapatkan senja yang apik di sini saja sudah membuatku bahagia.

Ketinggalan Pesawat

Setelah puas berkeliling, kami meninggalkan Cannes sekitar jam 7 malam. Sejauh ini tidak ada masalah dalam perjalanan ini, tetapi semua berubah ketika kami tiba di Ventimiglia. Sebelum berangkat, kami sudah sempat mengecek di Google Maps untuk jadwal kereta hari ini. Seingatku, jadwal kereta terakhir dari Ventimiglia ke Genoa adalah jam 9 malam. Namun, saat kami tiba di Ventimiglia sekitar jam 8 malam, ternyata kereta yang menuju ke Genoa sudah tidak ada! Di layar hanya ada tertulis satu jadwal kereta, namun bukan kereta yang menuju Genoa. Aku tak tahu apakah ini memang kesalahan Google Maps yang kurang akurat, atau memang ada kereta yang tiba-tiba delay, atau memang kami yang tidak teliti saat mengecek jadwal kereta. Singkat cerita, aku dan si Mak harus menunggu sampai esok pagi untuk bisa kembali ke Genoa dengan kereta pertama.

Aku tak masalah jika harus menginap di sini selama satu malam. Namun, penerbanganku besok adalah jam 12 siang! Aku harus memikirkan alternatif terbaik agar bisa sampai ke bandara dengan cepat. Ada beberapa kemungkinan yang bisa aku lakukan. Pertama, aku kembali ke Genoa dulu untuk mengambil barang-barangku, baru setelah itu pergi ke bandara. Namun, itu artinya aku membutuhkan waktu paling tidak 6 jam untuk total perjalanan dari Ventimiglia, dengan tambahan catatan keretaku harus on time. Ini pun belum termasuk packing. Ok, cara pertama terlalu tidak mungkin. Skip.

Pilihan kedua, yaitu dengan aku pergi ke bandara langsung tanpa kembali ke Genoa terlebih dahulu, dan menitipkan barang-barangku pada si Mak. Namun, meskipun koper si Mak tidak terlalu besar, tapi dia juga membawa satu tas jinjing yang cukup besar. Aku tidak mungkin membebaninya dengan menambahkan satu koperku yang juga cukup berat. Si Mak hanya seorang diri, tak bisa kubayangkan betapa repotnya dia jika harus mengangkat dan menurunkan koper saat naik turun kereta. Tidak, pengalaman naik kereta dari Tropea kemarin itu sudah cukup untuk kami. Alternatif kedua ini pun sepertinya juga bukan cara yang tepat. Skip.

Pilihan ketiga adalah dengan naik taksi. Setahuku, Ventimiglia adalah kota yang cukup ramai dan menjadi salah satu tujuan wisata karena memiliki pantai yang indah. Dengan banyaknya hotel yang ada di sini, mestinya mencari sebuah taksi bukanlah hal yang sulit. Namun sayangnya, kenyataan memang tak seindah bayangan. None, zero. Tak ada satu pun taksi yang aku lihat di sekitar stasiun, dan tak ada satu taksi pun yang aku temukan meski lewat aplikasi Uber maupun Google Maps. Fix, cara ini pun tak mungkin.

Awalnya kami memang berniat untuk menunggu di stasiun saja sampai pagi, tapi melihat kondisi udara yang begitu dingin seperti ini, kami putuskan untuk menyewa hotel. Meskipun kami hanya akan memakainya untuk beberapa jam saja, tapi itu lebih baik daripada kami mati kedinginan di stasiun. Dengan kuota internet yang sudah semakin menipis, dan baterai hp yang sudah hampir habis, kucoba mencari hotel secepat mungkin.

Menemukan hotel yang mau menerima check-in tamu tengah malam ternyata bukanlah perkara mudah. Biar dikata sebagai salah satu daerah tujuan wisata, nyatanya Ventimiglia juga sama dengan daerah-daerah lain di Italy,  jam 10 malam sudah mulai sepi dan banyak toko tutup. Hotel pertama dan kedua yang kami datangi tidak buka sama sekali, gelap gulita dari luar. Barulah di tempat ketiga kami menemukan penginapan yang masih buka. Meski dari luar terlihat gelap, namun karena di pintu masuknya tergantung papan kecil bertuliskan OPEN, kami putuskan untuk masuk saja.

Gelap, hanya cahaya dari lampu hias pohon natal yang menjadi penerang di ruangan ini. Tak ada siapapun yang berjaga di meja resepsionisnya. Aku mencoba memanggil dengan nada lirih karena takut mengganggu tamu lain, namun tetap lengang. Kuputuskan menunggu sejenak, hingga aku melihat sebuah bel kecil tergeletak di atas meja resepsionis. Kutekan, dan tak berapa lama seorang nenek tua yang mungkin sudah berusia sekitar delapan puluh tahunan muncul dari balik dinding yang gelap. Entahlah, mungkin karena efek tengah malam, gelap, dan dingin, kemunculannya yang tiba-tiba membuatku sedikit merasa horor. Mungkinkah? Jangan-jangan hotel ini adalah hotel bayangan? Pikiranku mulai aneh-aneh.

Aku mencoba berbicara dengan nada yang pelan dan lirih, campuran antara perasaan takut mengganggu tamu yang lain dan perasaan takut dengan si nenek. Aku baru merasa lega ketika dia sedikit tersenyum saat mulai berbicara pada kami. Dia tak semengerikan yang ada dalam bayanganku 😀

Di hotel aku tak bisa tidur karena terus memikirkan cara tercepat untuk bisa menuju bandara. Reschedule, sudah hanya itu solusinya. Tapi masalahnya, ini sudah tengah malam kalaupun aku harus me-reschedule penerbanganku, aku hanya bisa melakukannya besok karena information center mereka tidak buka 24 jam. Selain itu, masalah lainnya adalah aku juga takut jika aku tidak bisa me-rechedule tiketku, dan pilihannya hanyalah membeli tiket yang baru, yang belum tentu harga tiketnya terjangkau oleh kantong pas-pasan macam aku ini.

Untungnya, perbedaan waktu antara Italy dan Tokyo cukup banyak yaitu 9 jam sehingga di Tokyo sudah jam 9 pagi saat itu. Aku langsung meminta tolong temanku yang berada di Tokyo untuk menghubungi pusat informasi agen wisata yang menjual tiketku. Temanku mengatakan bahwa tiketku bisa di-reschedule, namun dengan sedikit biaya tambahan, dan aku harus melakukannya secara langsung di kantor airline yang aku gunakan di bandara Milan.

Mendengar kata biaya tambahan, hmm..semoga saja biayanya tak terlalu mahal. Aku tak yakin credit card-ku belum lewat limitnya. Well..sebenarnya semua akan baik-baik saja jika saja tak ada kejadian credit card si Mak yang bermasalah. Gegara si Mak lupa tak mengecek ulang apakah credit card-nya bisa dipakai untuk mengambil uang di luar negeri atau tidak, yang ternyata tak bisa dipakai untuk mengambil cash, maka pengeluaran kami berdua selama perjalanan dua minggu ini pun sebagian besar ditanggung olehku. Kami berusaha untuk membeli tiket maupun makan di tempat yang bisa dibayar dengan kartu untuk menghemat pengeluaran dengan uang cash. Selain itu, batas penggunaan kartu kreditku pun tak banyak, pun itu sudah dipakai untuk membeli tiket dan sebagainya. Kami benar-benar dalam ambang batas mepet.

Jam 4 pagi kami bangun, check out dari hotel, lalu bergegas menuju stasiun. Aku mengambil kereta yang langsung menuju Milan, dan si mak mengambil jadwal sesudahku, kereta yang menuju ke Ventimiglia. Fix, rute perjalananku hari ini adalah Ventimiglia-Milan-Genoa- Milan, dengan total lama perjalanan adalah dua belas jam!

Leave a comment