New Life Begin

Tak pernah berpikir akhirnya sampai di titik ini. Banyak kawanku berkata bahwa kisah hidupku menarik. Ada saja kejadian yang menarik untuk disimak oleh mereka. Aku sendiri tidak tahu kenapa bisa begitu. Aku hanya mengikuti alur hidup dengan atau tanpa rencana. Karena yang sering terjadi adalah aku berencana, tapi Tuhan selalu membelokkannya di tengah jalan.

Seperti sekarang ini. Aku tak pernah berpikir sekalipun atau bercita-cita untuk melakukan pekerjaan sebagai penulis ataupun editor. Punya blog juga abal-abal, tidak terkenal sama sekali, hanya ada satu pembaca dalam satu tahun untuk satu artikel. Well..aku tidak bisa mengatakan bahwa itu sebuah prestasi yang buruk, mengingat tujuanku membuat blog hanyalah untuk tempat curhat. No more….

Lulus dan berharap bisa bekerja di Japanese restaurant sebagai chef keren, nyatanya tidak pernah menjadi nyata. Mungkin aku memang kurang tahu diri. Sudah perempuan, orang asing, bahasa Jepang pas-pasan kok ya berharap bisa diterima jadi chef washoku. Belum lagi urusan visa untuk mempekerjakan orang asing, mereka mana mau ribet, daripada hire orang asing, sudah pasti mereka akan lebih memilih mempekerjakan orang Jepang sendiri, yang sudah mengerti washoku. Tak bisa dipungkiri, secara kenyataan di lapangan, 99% chef washoku adalah orang Jepang, laki-laki, dan sudah cukup berumur. Hanya orang dengan kemampuan luar biasa yang bisa menjadi chef washoku di usia 30-an. Aku tak masuk kategori manapun. Menjadi pegawai trial di sebuah izakaya selama 2 bulan sebelum akhirnya menjadi pegawai tetap mereka, itu adalah pencapaian terbaikku dalam proses menjadi chef washoku. Bukannya aku menyerah, tapi bekerja dua bulan di tempat yang jauh dari ekpektasi dengan kondisi dapur yang cukup berantakan dan kepala chef yang tidak peduli denganku, bagiku sudah tidak ada alasan lagi untuk tetap tinggal. Kuputuskan untuk mengundurkan diri. Bukan tempat seperti itu yang aku cari.

Berawal dari iseng, ketika seorang teman memberitahuku ada lowongan kerja part time di sebuah media online Jepang yang sedang mencari staf orang Indonesia. Syaratnya tidak muluk-muluk, yang aku pikir semua orang Indonesia bisa memenuhi syarat tersebut yaitu, dicari native Indonesia, dengan kemampuan bahasa jepang level percakapan sehari-hari.

Aku mencoba menghubunginya via email. Balasan pun datang. Aku diminta untuk datang ke kantor mereka untuk wawancara. Tanggal 24 Agustus 2017 aku pergi ke sana. Ternyata, kantor mereka berada di sebuah gedung apartemen biasa. Bukan sebuah kantor di dalam gedung perkantoran. Aku memencet nomor yang mereka sebutkan di email, tak lama kemudian sebuah suara pun datang. Aku diminta menunggu di bawah. Tak berapa lama kemudian, datanglah seorang wanita seumuranku. Dia mengajakku ke kafe di seberang gedung, lalu membelikanku segelas es kopi.

Dia memulainya dengan pertanyaan standar, mengenai nama dan sekolahku. Sepanjang wawancara, sepertinya tidak ada sesuatu hal tentangku yang membuatnya tertarik. Wajahnya hambar, datar dan biasa saja. Hingga tiba pada sebuah pertanyaan apakah aku punya pengalaman kerja sebagai penulis. Kujawab tidak. Tapi kukatakan kalau aku punya sebuah blog. Dia sepertinya sedikit tertarik. Dia memintaku untuk menunjukkan blogku. Dia mencoba membaca blogku sepertinya, karena aku menunggu beberapa saat sampai akhirnya dia berbicara lagi. Dia tidak mengerti bahasa Indonesia, tapi sepertinya dia ingin mempertimbangkanku. Yeah, semuanya serta sepertinya. Setelah itu, dia mengajakku naik ke atas, untuk melihat isi kantor. Di dalam sebuah kamar apartemen yang tidak terlalu luas, ada sekitar 7 orang yang sedang fokus di hadapan komputer masing-masing. Ketika aku datang, mereka semua menoleh dan tersenyum padaku. Aku dipertemukan dengan pemilik perusahaan ini. Dari wajahnya, kutebak dia masih berumur awal 30-an. Penampilannya sangat sederhana, dia hanya mengenakan celana jins dan kaos puma. Pembawaanya santai, dan sepertinya dia bukan tipikal orang yang mudah marah-marah. Dia mulai bertanya padaku. Pertanyaan yang sama dengan yang wanita tadi tanyakan. Singkat cerita, dia akan memberitahuku apakah aku diterima atau tidak, dalam waktu tiga hari.

Aku tak terlalu berharap banyak. Aku hanya iseng mencoba. Jika diterima ya syukur, jika tidak ya sudah aku akan cari pekerjaan lain. 2 hari kemudian, datang sebuah email balasan yang menyatakan bahwa aku diterima. Tanggal 28 Agustus 2017 aku pun memulai pekerjaan baruku sebagai part timer penulis. Di kemudian hari, aku baru tahu kalau ternyata yang membuatku diterima adalah karena pewawancaraku ini meminta orang Indonesia lain yang sudah lebih dulu diterima, untuk mengecek dan menilai isi blogku. Orang yang dimintai tolong ini pun tidak tahu kalau blog itu adalah milikku. Katanya tulisanku ringan dan enak dibaca. Hmm…entahlah dia melihat dari sisi mana yang enak dibaca, karena aku selalu merasa blogku ini isinya curhatan patah hati.

Bukan menulis artikel bebas sesuai dengan tema yang diberikan, tapi pekerjaanku adalah menerjemahkan artikel yang sudah jadi dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Mereka tidak mencari orang yang hanya sekedar bisa menerjemahkan teks, tetapi juga orang yang bisa menulis dengan baik dalam bahasa Indonesia. Ada ribuan artikel dengan tema yang berbeda-beda, kebanyakan adalah kosmetik dan elektronik. Aku boleh memilih artikel mana pun yang aku suka, yang sesuai dengan culture dan budaya di Indonesia. Awalnya memang sedikit sulit. Apalagi aku tak memiliki pengalaman apapun dalam bidang menerjemahkan seperti ini. Meskipun mereka membebaskanku untuk menggunakan kamus apapun, tetap saja sulit. Aku tidak terbiasa menulis artikel seperti ini.

Masalah datang ketika aku sadar bahwa visaku akan habis. Bukan habis, lebih tepatnya akan dicabut jika tidak mendapatkan pekerjaan baru. Aku berpikir segalanya akan aman karena visaku masih berlaku hingga Mei 2018. Tapi nyatanya tidak. Aku tidak tahu kalau ternyata ada aturan yang menyatakan bahwa setelah kita berhenti kerja pada suatu perusahaan, maka kita memiliki kesempatan untuk mencari pekerjaan yang baru dalam waktu maksimal 3 bulan. Jika dalam waktu tersebut kita tidak menemukan pekerjaan yang baru, maka secara otomatis visa kita akan dicabut jika ketahuan. Karena sejauh ini yang kutahu visa yang sudah keluar tidak dapat ditarik lagi. Sebelum diterima di perusahaan ini, aku memang sempat berkali-kali ditolak ketika melamar kerja sebagai part timer di beberapa tempat. Mereka mengatakan bahwa visaku adalah visa kerja sehingga mereka tidak dapat menerimaku sebagai pegawai part timer.

Aku tidak ingin terlalu menyalahkan diriku yang terburu-buru berhenti dari pekerjaan yang sebelumnya, karena kondisi saat itu memang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Mencari pekerjaan baru bukanlah perkara yang mudah. Ditambah lagi kondisi keuangan yang semakin menipis, aku harus bekerja jika tidak ingin jadi bimbo di sini. Untungnya, waktu itu ada beberapa tawaran job sebagai freelancer guide, dan hampir sebulan itu jadwalku cukup padat. Bertemu dengan orang-orang baru nyatanya cukup mengurangi rasa stresku karena belum juga menemukan pekerjaan baru.

Kembali ke masalah visa, kantor tempat aku bekerja sekarang ini sama sekali tidak menanyakan mengenai status visaku. Sepertinya mereka hanya menganggap kalau aku berani melamar, berarti aku punya izin tinggal. Sudah, itu saja.

Pergi ke kantor imigrasi merupakan tindakan yang bisa dibilang cukup bodoh. Itu sama seperti memberitahu kepada mereka secara terang-terangan bahwa ini lho ada orang asing yang menyalahi aturan visa. Tibalah giliranku untuk dilayani oleh mereka. Kuceritakan mengenai kondisiku ini. Jawaban si petugas imigrasi cukup membuatku shock. Sambil mengecilkan suaranya, dengan ekspresi seorang guru yang memarahi muridnya karena ketahuan menyontek, dia mengatakan bahwa apa yang kulakukan ini adalah tindakan tidak baik. Sudah dikasih visa kerja kok malah tidak bekerja. Itu namanya tidak tahu diri. Kira-kira seperti itu yang dia katakan, secara halus.

Aku pulang dengan perasaan sedih tapi juga bingung. Waktuku hanya kurang dari tiga minggu. Aku tidak ingin pulang dengan tidak membawa apa-apa. Maksudku, 3 tahun lebih berada di sini sebagai pelajar tentu saja sudah memberikanku begitu banyak pengalaman berharga, dan aku sangat bersyukur untuk ini semua. Tapi aku merasa masih ada harapan, aku masih ingin mencoba bekerja di sini. Aku ingin membuat pengalaman kerja di sini, pekerjaan yang bisa membuatku stay dalam jangka waktu lama.

Di rumah, aku terus berpikir. Kuceritakan hal ini ke beberapa kawan baik. Sebagian besar dari mereka mengatakan, kenapa aku tidak mencoba untuk memberanikan diri saja untuk ngomong ke bos tempat aku bekerja part time sekarang. Siapa tahu mereka mau bantu. Aku memang sempat berpikir demikian, tapi aku sedikit ragu. Mereka memang buka lowongan untuk pegawai tetap, tapi bukan sebagai penulis, melainkan sebagai staf yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk proyek membuat web dalam versi bahasa Indonesia ini. Proyek ini adalah proyek baru sehingga untuk sementara mereka hanya membutuhkan freelancer penulis dan bukan penulis tetap.

Akhirnya, kuberanikan diri untuk menceritakan kasusku ini pada si pewawancara dulu. Kukatakan bahwa aku sepertinya tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini karena visaku yang tidak memungkinkan. Kukatakan juga bahwa aku tidak mengharapkan mereka mau menerimaku hanya karena kasihan padaku. Kukatakan kalau aku memahami betul aku tidak masuk kriteria yang mereka cari untuk menjadi seorang pegawai tetap. Kukatakan aku mau berhenti akhir bulan ini. Semuanya kuceritakan lewat chat Line.

Respon dia cukup baik. Dia mengatakan bahwa dia akan menyampaikan hal ini pada atasannya. Hari itu, setelah dari kantor imigrasi, aku pergi ke kantor. Hari itu juga, aku bicara langsung pada atasanku. Dia mengatakan akan mempertimbangkan hal ini. Sebelum itu, kukatakan berkali-kali untuk tidak iba dengan status visaku. Aku tidak berharap banyak mereka mau menerimaku. Toh aku cukup tahu diri, aku baru bekerja di perusahaan ini selama 3 mingguan. Belum ada hal mengesankan yang kulakukan untuk mereka. Intinya, aku ikhlas untuk pulang ke Indonesia.

Mungkin inilah yang dinamakan jalan Tuhan. Apa yang kita mau, seberapa pun kita mencoba, jika itu bukan kehendak-Nya, maka Dia akan menghentikannya. Begitupun sebaliknya, jika Dia sudah berkehendak, maka terjadilah sekalipun adalah hal yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dua hari kemudian, setelah selesai makan siang, atasan dan pewawancaraku mengajakku ke kafe di seberang kantor. Di sanalah aku mendapatkan jawaban. Cukup terkejut, tapi mereka mengatakan mau menerimaku sebagai pegawai kontrak. Mereka hanya mengatakan kalau aku sudah berusaha dengan baik selama ini, jadi kenapa tidak untuk menerimaku. Mereka akan mempekerjakanku sebagai penulis. Itu saja. Dan itu sudah membuatku lebih dari bahagia. Aku tidak tahu harus berkata apa pada mereka, aku sangat ingin menunjukkan rasa terimakasihku yang sedalam-dalamnya, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku hanya bisa berjanji pada diri sendiri, aku tidak akan mengecewakan mereka. Aku janji untuk memberikan yang terbaik yang aku bisa, meski hanya dengan menulis.

10 Oktober 2017 aku resmi sebagai pegawai kontrak di Mybest.

This slideshow requires JavaScript.

8 thoughts on “New Life Begin

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s