Segala bentuk pilihan memang ada resikonya. Menginjak bulan kedua di Jepang, aku sudah mulai merasakan apa yang dinamakan “sebanding”. Awalnya memang terasa sangat menyenangkan, bahagia tiada tara ketika salah satu impianku terwujud. Jepang, aku begitu excited menjalani hari-hari awal kedatangnku di sini. Bepergian ke berbagai penjuru kota yang katanya terkenal di Jepang. Shinjuku, Shibuya, Akihabara, Harajuku, and masih banyak lagi. Itulah yang dilakukan semua turis ketika berkunjung ke Jepang. Meskipun aku berstatus sebagai pelajar, tapi tetap kuakui aku berperilaku seperti turis pada awalnya. Bagiku itu wajar.
Memang masih terlalu dini untuk berbicara apa yang kumengerti tentang Jepang, tapi aku hanya ingin berbagi sedikit tentang hal-hal yang menurutku “aneh”, yang kulihat dan kualami di sini.
Bunka Institute of Language atau disingkat BIL adalah nama sekolah tempat aku belajar bahasa Jeapang. Sekolah khusus bagi orang-orang asing yang hendak belajar bahasa Jepang secara intensif selama kurang lebih satu tahun. Untuk periode Apri 2014 ini, BIL menerima hampir 200 murid dari 39 negara, dan aku salah satu di antaranya. Kami terdiri dari berbagai macam usia, warna kulit, budaya, profesi, karakter, dan tentu saja tujuan. Sebagian besar dari kami mengambil sekolah ini karena hendak meneruskan ke universitas maupun sekolah yang lebih tinggi di Jepang. Ada pula yang bertujuan hendak meniti karir dengan bekerja di perusahaan Jepang. Namun, tak sedikit pula yang datang dengan alasan karena tergila-gila dengan Jepang. Biasanya mereka adalah para penggemar anime dan games.
BIL merupakan salah satu sekolah yang dimiliki oleh Bunka Gakuen University. Universitas yang belum lama ini kutahu sebagai salah satu sekolah fashion terbaik di dunia. Fashion dalam bayanganku tentulah wanita-wanita Paris yang begitu elegan dan modern. Hal itu sama sekali tak terjadi di sini. Mungkin aku memang sedikit mengalami culture shock, dan untuk fashion aku benar-benar shock. Aku sama sekali tak bisa memahami cara berpakaian mereka. Aku juga tak mengerti tren macam apa yang sedang terjadi di sini. Mereka benar-benar berpenampilan tak nyambung dari atas sampai bawah. Rambut di cat berwarna-warni, pakai baju dengan tema tertentu seperti tema Princess, bahkan ada yang benar-benar memakai dress layaknya seorang Putri dalam negeri dongeng, tema doll dengan make up yang benar-benar total, tema rock n roll hitam dari atas sampai bawah hingga sepatunya pun didesain berduri-duri.
Lalu, yang paling membuatku tak habis pikir adalah tema pakaian tidur, dengan piama sebagai kostumnya untuk menuntut ilmu di kampus. It’s truly awesome! Tak ada batasan dalam berpakaian di sini. Bebas, sebebas-bebasnya. Dan uniknya, tak ada satu pun yang berkomentar atau hanya sekedar menunjukkan wajah heran satu sama lain. Bahkan, yang membuatku juga sangat terpana adalah dosennya pun hanya memakai kaos dan hot pants. Entah berapa aturan yang akan dia langga jika dia adalah dosen di Indonesia. Kurasa istilah Harajuku merupakan pusat mode anak-anak muda Jepang itu salah besar. Mahasiswa Bunka jauh lebih nyentrik daripada itu. Dan aku, yang berpakaian normal menurut versiku, justru nampak seperti alien tiap tiba di sekolah. Aku terlalu “biasa” sepertinya.